b'chome udyah

menjadi orang yang bermanfaat adalah kebanggan tersendiri. terus berkarya dan yakinlah suatu saat kita akan tahu dimana manfaatnya. tetap semangat berbuat baik...

Selengkapnya
Navigasi Web

Perkembangan Motorik Halus

Anak tuntas motorkinya bukan hanya sekedar bisa berlari berjalan atau melompat. Melainkan ketuntasan gerak motorik halus juga harus diperhatikan perkembangannya.

Ada hal-hal yang terkadang lewat dari perhatian kita sebagai orang tua.

Salah satu contohnya adalah kekuatan otot halus.

Otot halus adalah otot untuk menunjang kemampuan anak dalam melakukan gerakan motorik halus.

Yang perlu diingat, motorik halus itu bukan kemampuan anak menulis ya, melainkan gerakan yang mendukung atau membangun kemampuan anak dalam menulis, contohnya menjumput, merobek, memilin dan lain lain.

Banyak cara yang bisa dilakukan orang tua agar dapat membangun kemampuan motorik halus anak.

Contohnya

Kegiatan menyendok

Ternyata kegiatan menyendok tidak semudah yang saya bayangkan.

Ini terjadi pada anak saya sendiri.

Pada awlanya ketika gurunya menyampaikan kepada saya tahun lalu, bahwa anak saya mengalami hambatan motorik halus. Beliau mengatakan :

"Maaf, putra ibu sepertinya memerlukan stimulus tambahan untuk kegiatan motorik utamanya motorik halus."

Menurutnya :

"Di beberapa kegiatan dia selalu melakukan penolakan, kalaupun mau dia akan mudah putus asa karena tidak selesai."

Informasi itu seperti cambuk bagi saya namun saya masih mencari alasan untuk tidak menerima bahwa anak saya mengalami hal demikian.

Hingga suatu ketika disaat musim libur karena harus sekolah di rumah saya menemukan hal yang berbeda terhadap diri anak saya.

Ketika bermain sendiri, saya melihat dia memainkan tangannya. Menyatukan ujung jari-jarinya dengan ujung ibu jari. Melakukannya berkali-kali. Sepertinya biasa saja lalu menjadi tidak biasa ketika suatu ketika saya mengajak dia menyatukan jari-jari kedua tangannya.

Selain dia merasa kesulitan tampak jarinya tidak rileks. Jari jarinya tegang dan kaku, dia hanya memperhatikan jarinya tidak tahu bagaimana cara menyatukannya.

Saya memperlihatkan pelan-pelan, menyatukan jari-jari saya, dia melihat namun tidak bisa menirukan, ekspresinya putus asa dan pada akhirnya dia menangis "aku tidak bisa bu".

Saya segera memeluknya, meminta maaf sudah memaksanya. Saat kejadian itu saya langsung teringat kata-kata ibu gurunya setahun yang lalu.

Keesokan harinya saya mulai mencari tahu apa yang harus saya lakukan hingga akhirnya saya menemukan sebuah buku kecil yang berisi catatan ketika saya mengikuti sebuah seminar tentang kegiatan anak di rumah. Dalam buku tersebut tertulis "manfaat bermain menyendok"

Saya terbayang kegiatan saat itu bagaimana sang nara sumber memeragakan kegiatan menyendok dan apa manfaatnya.

Lalu saya terbesit ide, mungkin saya harus memulai dari sini.

Sebuah nampan, dua buah mangkok kaca yang sama persis salah satinya berisi biji jagung, satu sendok makan yang terbuat dari aluminium.

Saya memulai misi saya bahwa dia harus punya sense terhadap tubuhnya terutama jari-jarinya.

Pertama mengenalkan alat ini dia tampak antusias ingin segera mencoba, tidak sabar menunggu saya demo.

Ketika giliran dia melakukan kegiatan menyendok, awalnya seperti mudah tapi ketika sendokan ketiga dia mulai resah, kesabarannya mulai berkurang dan mulai keluar dari aturan.

Ini baru pertama saya tidak akan menyerah pasti bisa dilakukan tahap berikutnya esok hari.

Di luar dugaan keesokan harinya dia malah menolak, saya mulai putus asa juga.

Tapi kembali terngiang kata-kata ibu guru. Saya tidak boleh menyerah, setelah melakukan beberapa negosiasi akhirnya saya berhasil meyakinkan dia untuk mencoba lagi.

Beberapa hari berjuang untuk bisa Istiqomah akhir dia mulai punya keyakinan "Aku bisa ya, Bu."

Walaupun belum sepenuhnya berhasil setidaknya dia sudah minta sendiri untu mencoba.

Suatu ketika saya mencoba dengan material baru, biji yang awalnya jagung dimana secara ukuran lebih besar, maka sekarang saya coba beras dan sendok yang saya gunakan saya ganti sendok makan plastik di mana bentuk cekungannya lebih lebar.

Dan lagi-lagi hambatan ditemui, ternyata ketika merubah material kita harus mendemokan lagi walaupun kegiatannya sama, karena bagi anak apapun itu tetap sesuatu yang berbeda adalah hal baru.

Dan sampai saat ini saya masih fokus melatih kemampuan motorik halusnya.

Selain kegiatan menyendok saya juga memberikan selingan kegiatan yang lain misalnya bermain menjalankan pion mengikuti garis yang kanan dan kiri. Kegiatan ini untuk melatih keseimbangan otak kanan dan kiri.

Saya juga masih punya PR agar anak saya bisa menyatukan jari-jari kedua tangannya. Semangat.

Semoga tulisan ini menginspirasi untuk lebih perhatian lagi terhadap hal-hal yang dianggap sepele pada anak-anak kita, padahal dampaknya juga besar.

Jember, 5 April 2020

Salam literasi

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah, ..betul utk motorik, harus sering dilatih, jangan mudah menyerah dlm mengajari..itu gak bisa sekali pasti bisa..sabar ya bu..dan tetap semangat..salam

05 Apr
Balas

Bermanfaat sekali tulisannya. Di sekolah tempat kami mengajar juga sangat memperhatikan motorik kasar maupun motorik halus serta 5 domain perkembangan lainnya. Bahkan ada siswa kelas 1 kami beri kegiatan meremas, merobek, menggunakan sumpit, dll.

05 Apr
Balas



search

New Post